BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Dengan munculnya gerakan Renaissance
(kebangkitan) dan gerakan reformasi di dalam gereja, muncullah penerimaan umum
terhadap kapasitas rasio manusia dan kemampuannya untuk bersikap keritis
terhadap ide-ide otoriter yang sudah ada sebelumnya. Sekeptisisme pun menyebar
menjadia cara berpikir yang dominan. Abad ke-17 dipenuhi dengan konflik politik
disemua level di kalangan masyarakat, seperti kita lihat pada perang saudara di
inggris, dan masa-masa setelahnya. Munculnya ilmu pengetahuan moderen haruslah
dilihat dalam konteks perlawanan terhadap paradigma yang sudah mapan sebelumnya
serta perjuangan sebelumnya perjuangan untuk mendapatkan kebebasan individu
melawan otoritas tradisional baik politik maupun religious.
1.2. RUMUSAN
MASALAH
1. Kapan
sejarah mulainya zamanfilsafat modern?
2. Aliran
apa yang ada di zaman filsafat modern?
3. Sebutkan
tokoh dan pemikiran pada zaman filsafat modern?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1. LANDASAN
HISTORI FILSAFAT MODERN
Pada abad pertengahan, hegemoni
antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang. Pada abad itu akal kalah total
dan iman menang mutlak. Abad ini telah mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia,
padahal tadinya manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup dengan cepat.
Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan orang-orang yang
berpikir kreatif, karena pemikirannya beralawanan atau berbeda dengan pikiran
tokoh gereja. Abad ini tidak saja lamban tapi filsafat mengalami kemunduran
pada abad ini, jangankan menambah manjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak
mampu. Untunglah pada abad-abad ini di bagian dunia lain, yaitu di dunia islam,
filsafat berkembang pesat. Pemikiran bukan saja tidak diganggu oleh islam,
lebih dari itu manusia didorong untuk berpikir, untuk maju, tidak puas dengan
yang telah ada. Banyak orang yang jengkel dengan dominasi gereja. Mereka ingin
segera mengakhiri domonasi itu. Akan tetapi, mereka kahwatir mengalami nasib
yang sama dengan kawan-kawannya yang telah dihukum mati. Sekalipun demikian ada
juga pemberani, yang sanggup melawan arus deras itu. Orang itu adalah Rene
Descartes. Argumen-argumen ini di ajukan oleh Descartes jelas bertujuan untuk
melepaskan filsafat dari kekangan gereja. Itu kelihatan dalam argument cogito. Setelah Descartes berhasil, dan
ternyata ia tidak dihukumi apapun maka laksana bendungan jebol, banyak
bermunculan filosof. Akal yang telah dikekang itu sekarang pesta pora merayakan
kebebasannya. Akan tetapi, apa sebanarnya akal yang megusulkan penghancuran
agama yang telah ribuan tahun dianut oleh jutaan orang itu? Apakah memang akal
adalah kemampuan tahu tanpa kelemahan? Ataukah sepertihalnya organ manusia yang
mempunyai batasan-batasan kemampuan? Waktu akan datang untuk mengadili akal,
untuk menguji filosof mulai tertarik untuk mempeleajari akal. Ii tentu mulai
lagi babak baru tentang sejarah pemikiran. Dan di dominasi oleh berbagai aliran
besar yang memunculkan tokoh-tokoh besar dalam aliran tersebut.
1.2. RENAISSANCE
Renaissance berasal dari istilah
bahasa perancis. Dalam bahasa latin, re+nacsi
berarti lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh
sejarawan untuk menunjukan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya
yang terjadi di Eropa, dan lebih khusus lagi di italia, sepanjang abad ke-15
dan ke-16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan terkenal,
Michelet dan dikembangkan oleh J. Burcekhard (1860) untuk konsep sejarah yang
menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan budaya antik,
penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad
pertengahan. Mengenai kapan dimulainya?,
kapan batas habis abad pertengahan sulit ditentukan. Yang dapat ditentukan
adalah abad pertengahan itu telah selesai tatkala datangnya zaman renaissance
yang meliputi kurun waktu abad ke-15 dan ke-16. Pada abad pertengahan bisa dikatakan manusia tidak mampu menemukan
dirinya sendiri. Oleh karena itu orang mencari alternatif, di dalam suatu
perenungan alternatif itu orang teringat pada suatu peradaban begitu bebas,
pemikiran tidak dikungkung, sains maju, yaitu zaman dan peradaban yunani kuno .
usaha ini sebenarnya telah dimulai di dalam karya orang –orang italia di dalam
kesusasteraan.
Jadi zaman modern filsafat
dimulai dengan zaman renaissance. Sebenarnya secara esensial zaman renaissance
itu, dalam filsafat tidak berbeda dari zaman modern. Tokoh pertama filsafat
modern adalah Descartes. Pada filsafatnya ia menemukan ciri-ciri renaissance
tersebut. Ciri itu antara lain ialah menghidupakan kembali rasionalisme yunani,
individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. Sekalipun
demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai tokoh rasionalisme.
Penggelaran yang tidak salah, tetapi bukanlah hanya Descartes yang dapat
dianggap sebagai tokoh rasionalisme. Rasionalis pertama dan serius pada zaman
morern memang Descartes.
1.3. ALIRAN
RASIONAL
1. Rene
Descartes
Descartes dianggap sebagai bapak
aliran filsafat modern. Disamping sebagai tokoh rasionalisme, ia pun sebagai
filsuf yang ajaran filsafatnya sangat popular, karena pandangannya yang tidak
pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia,
zaman modern dalam sejarah filsafat dimulai oleh filsafat Descartes. Yang
dimaksud denga istilah modern di sini hanya digunakan untuk menunjukan suatu filsafat
yang mempunyai corak yang sangat bebeda, bahkan berlawanan dengan corak
filsafat abad pertengahan. Corak utama filsafat modern yang dimaksud di sini
ialah dianut kembali Rasionalisme seperti pada masa Yunani Kuno. Gagasan itu
disertai oleh argument yang kuat, diajukan oleh Descartes. Oleh karena itu
gerakan pemikiran-pemikiran Descartes sering juga disebut renaissance. Pada
masa ini rasionalisme yunani lahir kembali, sebagai objek kajian yang harus dan
menarik untuk diamati. Sejak kezaliman intelektual oleh gereja dan tidak
sedikit para filsuf dikekang kebebasan berpikirnya, zaman ini memberi pintu
lebar-lebar kepada siapapun, bahkan bukan hanya filsuf, tetapi bagi semua orang
yang ingin mencurahkan pandangan dan pendapatnya atau kepada siapapun yang ingin
berfilsafat.
Anggapan bahwa Descartes sebagai bapak filsafat
modern, menurut Bertrand Russel, memang benar. Kata “Bapak” diberikan kepada Descartes karena ia orang
pertama pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan
diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama
pada akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi kuat yang distict, yang
menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman,
bukan ayat suci, bukan yang lainnya (Ahmad syadali dan mudzakir, 2004: 107).
Descartes adalah orang inggris. Ayahnya anggota parlemen inggris. Pada tahun
1612 M, sampai tahun 1649 M, ia menetap di Belanda. Pedidikan pertama Rene
Descartes diperoleh dari yesuit di La Fleche dari tahun 1602-1612. Ia
memperoleh karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa perancis, musik dan akting.
Bahkan, ia mendapat pengetahuan tentang logika Aristoteles dan Etika
Nichomacus, fisika, matematika, astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat
Thomas Aquinas. Dalam masa pendidikannya, Rene Descartes telah merasakan
kebingungan dalam memahami berbagai aliran dalam fisafat yang saling
berlawanan.
Pada tahun 1612 , Rene Descartes
pergi ke Paris dan di sana, ia mengucilkan diri ke Faobourg Sain German untuk mengerjakan
ilmu ukur. Tahun 1617, Descarter masuk ke dalam tentara Belanda. Tahun 1619,
Descartes bergabung dengan tentara Bavaria, tahun 1619-1620 pengalamannya di
tuangkan dalam buku pertamanya Descours de la matode (1637)yang berarti uraian
tentang metode yang isinya melukiskan perkembangan intelektual.
Dalam karya Descartes, ia
menjelaskan pencarian kebenaran melalui metode keragu-raguan. Karyanya yang
berjudul A Discourse on metod
mengemukakan perlunya memperhatikan empat hal berikut:
1.
Kebenaran baru dinyatakan shahih jika telah benar-benar indrawi dan realitasnya telah jelas dan tegas (cerely and distictly),
sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
2.
Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu
sampai banyak mungkin bagian, sehingga tak ada keraguan yang mampu
merobohkannya.
3.
Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan
memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap
sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
4.
Dalam proses pencarian dan pemariksaan hal-hal
sulit, selamanya harus dibuat perhitungan-perhitungan yang sempurna serta
pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga diperoleh keyakinan bahwa
tidak ada satu pun yang mengabaikan atau tertinggal dalam penjelajahan itu.
Descartes mengembangkan pikiran
filosofisnya. Dia sendiri meragukan apa
sekarang sedang berdiri menyaksikan realitas yang tampak dimatanya atau sedang
tidur dan bermimpi, sebagaimana ia meragukan dirinya apa kah sedang sadar atau
sedang gila. Keraguan Rene Descartes sangat rasional, karena tidak ada
perbedaan signifikan antara kenyataan dalam mimpi dengan kenyataan tidak
terjaga karena gambarannya sama. Sebagaiman seseorang bermimpi bertemu dengan
kakenya, kemudian ia benar-benar bertemu dengan kakeknya. Apakah yang benar itu
ketika tertidur atau terjaga, karena hasilnya sama. Juhaya S. Pradja (2000:66)
mengatakan bahwa betapapun radikalnya keragu-raguan Descartes ini, akhirnya ia
pun mengakui bahwa di sana ada satu hal yang tidak bisa diragukan. Yang
dimaksudnya ialah bahwa “aku yang sedang ragu-ragu menandakan bahwa aku sedang
berpikir dan karena aku berpikir maka aku ada”(cogito ergo sum).
Yang paling fundamental dalam
mencari kebenaran adalah senantiasa merujuk pada perinsip cogito ergo sum. Hal
ini disebabkan oleh keyakinan bahwa dalam diri sendiri, kebenaran lebih
terjamin dan terjaga. Dan dalam diri sendiri terdapat tiga ide bawaan sejak aku
dilahirkan yaitu:
a.
Pemikiran: sebab aku memahami bahwa aku makhluk
yang berpikir, harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat aku.
b.
Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna.
Karena aku mempunyai ide sempura , mesti ada suatu peyebab sempurna untuk ide itu.hal ini karena
akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain dari
tuhan.
c.
Keluasan: materi sebagai keluasan atau ekstensi
(extension) sebagimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu
ukur.
Menurut Descartes, kepastian itu
tidak bergantung pada objek yang dipelajari karena hal yang dialami bisa
berubah sewaktu-waktu. Bagi Descartes, hai itu dianggap mungkin karena roh kita
mempunyai idea innata dan aturan dari pikiran yang logis, kita mencapai
pengetahuan yang pasti. Aturan yang logis itu ialah: jangan menerima hal yang
tidak eviden. Susunlah pikiran mulai dengan yang sederhana sampai yang lebih
sukar.
Descartes mengandalkan metode
keraguan. Metode keraguan itu bukanlah tujuanya. Tujuan metode ini adalah untuk
mempertahankan keraguan. Sebaliknya, metode ini bergerak dari keraguan menuju
kepastian. Keraguan Descartes hanya di tunjukan untuk menjelaskan perbedaan
sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang dapat diraguakan . Ia pun tidak
pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan keyakinan yang berada di balik
keraguan itu, dan menggunakannya untuk membuktikan suatu kepastian dibalik
sesuatu.
2.
Spinoza
Spioza berasal dari kalangan
yahudi di Amesteram, tapi dia dibuang dari kalangan itu karena bid’ah. Beberapa
filosof dimasa yang lebih belakangan telah dikutuk dan di hokum mati karena
gagasan-gagasan seperti juga Spinoza. Hal ini terjadi karena dia mengecam agama
yang telah mapan. Dia percaya bahwa agama Kristen dan yahudi hanya dihidupkan
oleh dogma yang kaku dan ritual lahiriah. Dialah orang pertama yang menerapkan apa yang kita sebut penafsiran historis
kritis atau bibel. Salah satu filar filsafat Spinoza sesungguhnya adalah
melihat segala sesuatu dari perfektif keabadian. Maksudnya adalah keabadian
waktu, dan manusia adalah bagian yang sangat kecil dari alam. Spinoza tidak
hanya megatakan bahwa segala sesuatu adalah alam. Dia menyamakan alam dengan
tuhan. Dia mengatakan bahwa tuhan itu segalanya, dan segalanya adalah dalam
diri tuhan. Bagi Spinoza tuhan tidak menciptakan dunia agar bediri di
luarnya. Tuhan adalah dunia itu dan
kadang dia juga mengungkapkan bahwa dunia itu adalah dalam diri tuhan. Dalam
hal ini dia mengutip pidato st. paulus di hadapan orang-orang Athena di bukit
Aeropagos” Dalam diri tuhan kita bergerak dan menjadi”. Buku Spinoza yang
paling penting adalah etika dibuktikan secara geometis (Ethics Geometrically Demonstrated).
Spioza menekankan bahwa hanya
ada satu zat yang sepenuhnya dan benar-benar merupakan ‘penyebab dirinya
sendiri’ dan dapat bertindak dengan kebebasan penuh. Hanya tuhan dan alam sajalah
yang merupakan ungkapan proses bebas dan
bukan kebetulan semacam itu. Manusia dapat berjuang untuk mendapatkan kebebasan
agar bisa hidup tanpa kendala lahiriah, tapi ia tidak akan pernah meraih
kehendak bebas. Kita tidak mengontrol segala sesuatu yang terjadi dari dalam tubuh kita yang merupakan mode
dari atribut peluasan. Kita juga tidak dapat memilih pemikiran kita. Karena itu
manusia tidak memiliki jiwa bebas , jiwa itu kurang lebih terpenjara dalam
badan mekanis.
3.
Leibniz
Gotifried
wilhelem von Leibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada athun 1716. Ia
filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai
pemerintah, menjadi atase, pembantu pejabat tinggi negara. Pusat metafisika
adalah idea tetang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad. Metafisika
Leibniz sama memusatkan pada substansi. Substansi bagi Leibniz adalah hidup dan
setiap suatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun perinsip Leibniz adalah
“prinsip akal yang mencukupi”, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus memiliki alasan”. Bahkan tuhan
juga harus mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakan-Nya. Dan dia juga
berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia menyebut substansi-substansi itu
monad. Setiap monad berbeda satu dengan yang lain, dan tuhan (sesuatu yang
supermonad dan satu-satunya monad yang tidak diciptakan) adalah pencipta
monad-monad itu. Maka karya Leibniz tentang ini diberi judul monadology (study
tentang monad) yang ditulisnya 1714. Satu substansi sederhana ialah substansi
terkecil yang tidak dapat dibagi. Adapun substansi yang berupa susunan
(composites) jelas dapat dibagi. Akan tetapi ada kesulitan disini.
Bila
simple substance (monad) itu terletak dalam ruang, maka akibatnya ia mesti
dapat dibagi. Oleh karena itu Leibniz manyatakan bahwa semua monad itu haruslah
materi dan tidak mempunyai ukuran. Monad itu tidak mempunyai bagian-bagian,
tidak mempunya ukuran, tidak dapat dibagi.
1.4. ALIRAN
IDEALISME
A.
IDEALISME OBJEKTIF
1.
Fichte (1762-1814)
Johann Gottlieb fichte adalah
filosof jerman. Ia belajar teologi di jena pada tahun 1780-88. Menurut fiche,
dasar realitas adalah kemauan, kemauan inilah think-in itself-nya manusia. Penampakan
menurut pendapatnya adalah sesuatu yang ditanamkan oleh roh absolute sebagai
penampakan kemauannya. Roh absolute adalah sesuatu yang berada di belakang kita
itu adalah tuhan. Menurut fichte, dasar keperibadian adalah kemauan, yaitu
kemauan yang dikontrol oleh kesadaran bahwa kebebasan diperoleh hanya melalui
kepatuhan kepada peraturan. Kahidupan moral adalah kehidupan usaha. Manusia
dihadapkan kepada rintangan-rintangan , dan manusia digerakan oleh rasa jiwa
yang wajib bahwa ia berutang pada aturan moral umum yang memungkinkannya mampu
memilih yang baik. Idealisme etis fichte diringkas dalam pernyataan bahwa dunia
aktual hanya dapat di pahami sebagai bahan bagi tugas-tugas kita. Oleh karena
itu filsafat bagi fichte adalah fisafat hidup yang terletak pada pemilihan
antara moral idealisme dan moral matrealisme. Substansi matrealisme bagi fichte
ialah naluri, kenikmatan tak bertanggung jawab, bergantung pada keadaan,
sedangkan idealisme adalah bergantung pada diri sendiri.
2.
Schelling ( 1775-1854)
Schelling adalah filosof idealis
jerman yang telah meletakan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme
hegel. Ia pernah menjadi kawan fichte. Schelling adalah idealis jerman
terbesar. Pemikiranyapun merupakan mata rantai antara fichte dan hegel.
Schelling berpendapat bahwa kreasi seni adalah relasi antara kesadaran dan
ketidak sadaran. Dan schelling membangun tiga tahap sejarah a. masa perimitif
yang ditadai oleh dominasi nasib, b. masa romawi yang ditandai oleh reaksi
dasar manusia, c. masa yang akan datang yang merupakan sintesis dua masa itu
yang akan terjadi secara seimbang dalam kehidupan, disana yang aktual dan yang
ideal akan bersintesis.
3.
Hegel (1770-1831)
Idealisme jerman memuncak pada George
Wilhelm Friedrich Hegel. Walaupun usianya lebih tua dari pada schelling, hegel
menyusun karyanya yang tepenting ketika schelling sudah menjadi filosofi
terkenal. Mula-mula ia dianggapnya sebagai murid schelling, tetapi lama-kelamaan
menjadi berdiri sendiri dan banyak berbeda dengan pemikiran schelling. Karya
hegel yang pertama adalah mengnai agama Kristen, seperti the life of jejus dan the spirit of
Christianity.
Pusat filsafat hegel ialah konsep geist
(roh, spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Roh di dalam
pandangan hegel adalah sesuatu yang real, konkrit, kekuatan yang objektif,
menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of spirit (dunia roh), di dalam
kesadaran diri roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah
manusia. “semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat
real”, maksudnya luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Konsep filsafat
hegel seluruhnya histori dan relative. Ia mengatakan bahwa apa yang benar ialah
perubahan. Kunci filsafat hegel adalah sejarah. Sejarah menurut hegel,
mengikuti jiwa dialektik.
B.
IDEALISME THEIS
1.
Pascal (1623-1662)
Pemikiran
filsafat pascal adalah sebagai berikut:
a.
Pengatahua diperoleh melalui dua jalan, yaitu
akal (reason), dan hati (heart)
b.
Hati memiliki logika tersendiri.
c.
Unsur terpenting dalam manusia adalah
konteradiksi, satu-satunya jalan memahami manusia ialah jalan agama,
pengatahuan-pengatahuan rasional tidak mampu menyingkap manusia, pengatahuan
rasional itu hanya mampu menangkap objek-objek yang bebas dari kontradiksi.
d.
Tuhan juga tidak dapat dipahami melalui argument
metafisika, tuhan hanya dapat di pahami melalui hati.
2.
George Berkeley (1685-1753)
Berkeley lahir di irlandia pada
tahun 1658 dan menjadi uskup. Dia mengkritik realisme locke, yaitu ide bahwa
relitas kosmos yang sesungguhnya dijelaskan oleh ilmu fisika modern, bagi Berkeley, relitas
pada intinya adalah subjektif, dan karena alasan ini filsafatnya sering disebut
idealisme subjektif (idealisme adalah metafisika yang menyatakan bahwa realitas
ada dalam pikiran). Dia membantahesse est percipi (sesuatu itu ada jika bisa
dipersepsikan) dan menghindari serangan solipsism (ide bahwa segalanya ada
dalam pikiran seseorang) dengan
mengatakan bahwa segala sesuatu ada secara objektif dalam pikiran tuhan.
Berkeley mempertanyakan dalam treastise concerning the principle of humen
knowlage (1710), bagaimana pertanyaan locke bahwa dunia externalnya benar-benar
ada dapat dibenarkan. Jika”merah” dan “biru” hanyalah sifat yang subjektif,
sifat primer seperti “ukuran” dan “bentuk”. Dalam teori Berkeley menyatakan
bahwa ilmiah adalah bukanlah penjelasan tentang dunia, melainkan hanya alat
yang bermanfaat untuk memprediksi dan mengendalikan kejadian. Ini adalah suatu
posisi epistemology yang dikenal dengan instrumentalisme (gagasan bahwa teori
ilmiah tidak benar, tetapi merupakan “fiksi” yang bermanfaat).
3.
Immanuel Kant (1724-1804)
Kant
lahir di Konigsberg, prusia pada tahun 1724, ia tidak pernah meninggalkan desa
kelahirannya kecuali beberapa waktu
singkat karena memberikan kuliah di desa tetangga. kant amat tekun
melaksanakan agamanya, tatkala ia sudah benar-benar matang ia ingin sekali
belajar hal-hal yang mendasar tentang agamanya. Bukunya, theoryof heaven
(1755), menurut kant semua planet sudah atau akan dihuni, dan planet-planet
yang jauh dari matahari mempunyai masa berkembang lebih panjang, barangkali
dihuni oleh species yang lebih cerdas dibandingkan dengan penghuni bumi kita ini.
Bukunya yang pertama yang dibahas pada uraian berikut ini ialah critique of
pure reason. Pada dasarnya buku ini bermaksud membela sains dari serangan
skeptisisme. Tema yang dibahas dan membela agama (iman) dari gangguan akal.
1.5. ALIRAN
EMPIRISME
1.
John Locke (1632-1704)
John locke termasuk orang yang
mengagumi Descartes, tetapi ia tidak menyetujui ajarannya. Bagi locke mula-mula
rasio manusia harus dianggap sebagai” lembar kertas putih”(as a white paper) dan
seluruh isinya berasal dari pengalaman. Bagi locke pengalaman itu ada dua,
yaitu pengalaman lahiriyah (sensation) dan pengalaman batiniah (reflection).
Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan idea-idea tunggal. Roh manusia
bersifat sama sekali pasif dalam menerima ide-ide tersebut. Namun demikian, roh
mempunyai aktifitas juga karena dengan menggunakan ide-ide tunggal sebagai batu
bangunan, roh manusiawi dapat membentuk ide majemuk (komplex ideas), misalnya
idea substani. Locke menyatakan bahwa dalam dunia luar memang ada substansi-substansi,
tetapi kita hanya mengenal ciri-cirinya.
Pandanga locke mengenai lembara
putih manusia mirip sekali dengan teori fitrah dalam filsafat islam yang
didasarkan atas pernyataan al-Quran, surat ar-rum ayat ke 30. Fitrah adalah
bawaan manusia sejak lahir yang didalamnya terkandung tiga potensi dengan
fungsi masing-masing. Pertama, potensi ‘aql yang berfungsi mengenal tuhan,
mengesakan tuhan dan mencintai-Nya. Kedua, potensi syahwat yang berfungsi
menginduksi objek-objek yang menyenangkan. Ketiga, potensi gadhab yang berfungsu
untuk menghindari segala yang membahayakan. Ketika manusia dilahirkan, ketiga
potensi ini telah dimilikinya namun demikian, agar potensi-potensi tersebut
beraktualisasi, perlu ada bantua dari luar dirinya
Buku locke, essay
concerning human understanding (1689 m) ditulis berdasarkan
satu premis, yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini berarti tidak
ada yang dapat dijadikan idea untuk konsep tentang sesuatu yang berada
dibelakang pengalaman, tidak ada idea yang diturunkan seperti yang di ajarkan
plato. Dengan kata lain, locke menolak adanya innate idea, termasuk apa yang
diajarkan oleh Descartes, clear and distinct idea, adequate dari Spinoza, truth
of reason dari Leibniz. Menurut locke, yang innate (bawaan) itu tidak ada.
Ia ,mengatakan bahwa apa yang
dianggapnya substansi ialah pengertian tentang objek sebagai idea tentang objek
itu yang di bentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indra. Akan tetapi locke
tidak berani menegaskan bahwa idea itu adalah substansi objek. Dalam an essay concerning
humen understanding, tampak bahwa john locke, dalam pandangan bersebrangan
dengan Descartes, tetapi ia menyetujui pandangan Aristoteles tentang teori
tabularasa. Bahwa jiwa berkembang dan memproleh kemampuan nalar karena
pengalaman. Atas pandangan itu john locke dinyatakan sebagai aliran empirisme
dari inggris yang kemudian menghasilkan teori asosiasi.
2.
David Hume (1711-1776)
David hume menggunakan
prinsip-prinsip empirisme dengan cara yang paling radikal, terutama pengertian
substansi dan kausalitas menjadi objek kritiknya. Ia tidak menerima substansi sebab
yang dialami ialah kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu terdapat
bersama-sama (misalnya: putih, licin, berat dan sebagainya). Akan tetapi, atas
dasar pengalaman, tidak dapat disimpulkan bahwa di belakang ciri-ciri itu masih
ada suatu substansi tetap (misalnya: sehelai kertas yang mempunya ciri-ciri
tersebut).
Buku david hume, treatise of
humen nature (1739-1740 M), ditulisnya tatkala ia masih muda, yaitu berumur 20
tahun. Buku ini tidak banyak menarik perhatian sehingga hume pindah ke subjek
lain, lalu ia menjadi seorang yang terkenal
sebagi sejarawan. Kemudian pada tahun 1748 M, ia menulis buku yang
etrkenal, An enquiry concerning human understanding. Baik buku treatise maupun
buku enquiry, keduanya menggunakan metode empirisme, sama dengan john locke.
Akan tetapi locke hanya pada idea yang kabur yang tidak jelas berbasis pada
sensasi (khususnya tentang substansi dan tuhan).
Pendapat david hume melengkapi
pendapat john locke tentang sensasi dan refleksi. Hume mengatakan selain dua unsur
tersebut, ada pula yang dinamakan rasa dan ingatan atau impresi dan idea.
Kelangsungan perkembangan rasa dan ingatan manusia berada pada impresi dan
refleksi yang menyatukan atau berasosiasi dalam waktu dan ruang yang
berdekatan, karena danya makna yang sama dan sebab akibat. Hume mengatakan
bahwa manusia memperoleh asosiasi kausalitas dengan megalami rangkaian kejadian
seperti bola biliar yang membentur bola lain.
3.
Herbert Spencer (1820-1903)
Filsafatnya
berpusat pada teori evolusi. Sembilan tahu sebelum terbitnya karya Darwin yang
terkanal, the orige of species(1859), spencer sudah menerbitkan bukunya tenteng
teori evolusi. Empirismenya telihat jelas dalam fisafatnya tentang the graet
unknowable. Menurutnya kita hanya bisa mengenali gejala-gejala. Memang benar di
belakang gejala-gejala itu ada suatu dasar absolute, tetapi yang absolute itu
tiada dapat kita kenal. Secara perinsip pengenalan kita hanya menyangkut
relasi-relasi antara gejala-gejala. Sudah jelas , demikian spencer , metafisika
menjadi tidak mungkin.
BAB
II
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah benteng abad pertengahan
jebol oleh Descartes, fisafat itu lepas dari cengkraman agama (iman keristen),
maka laksana air bah, akal menyapu dan melabrak
apa saja yang mengambatnya. Akal menang rasio bersoarak sorai kegirangan,
semanjak renaissance dihidupkan oleh Descartes dalam bidang filsafat, maka
rasionalisme yunani itu satu-satunya cara berfilsafat pada zaman modern.
Kecuali pada kant. Pada zaman modern bermunculan berbagai aliran besar . pada
dasarnya aliran filsafat modern yunani mengmbil corak filsfat sofisme yunani,
sedikit pengecualian pada kant paham yang muncul dari garis besarnya adalah
rasionalisme, idelisme paham-paham yang merupakan dari pecahan aliran itu.
Paham rasionalisme mengajarkan
bahwa akal (reason) itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji
pengetahuan. Jelas ini merupakan reaksi keras terhadap dominasi iman pada abad
pertengahan. Ada tiga tokoh penting yang di bicarakan di sini sebagai pendukung
rasionalisme: Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
Penghargaan Descartes pada akal
kelihatan dengan jelas dengan metode cogito-nya. “badanku boleh saja diragukan
adanya, tetapi aku yang dipikir tidak dapat diragukan. “ demikian kata
Descartes. Pengetahuan yang clear dan
distinct pada Descartes ini diambil oleh Spinoza dan di beri nama adequate
ideas, dan pada Leibniz thurth of reason.
Rasionalisme Spinoza bergerak
dari definisi kepada aksioma dan proposisi. Ujungnya antara lain ialah alam
semesta adalah tuhan. Setelah dipikir-pikir olehnya, ia berkesimpulan bahwa
tuhan itu tidak memperhatikan sesuatu, tidak juga manusia. Kata Spinoza, hanya
itulah yang dapat diketahui oleh akal tentang tuhan. Konsep tuhan mulai kabur.
Leibniz adalah filosof monad-monad, suatu analisis yang rumit tantang
metafisika, dan amat spekulatif. Akhirnya saya berpendapat bahwa ruang dan
waktu yang absolute (newton ) harus ditolak. Oleh karena itu, “kapan alam
semesta muncul” adalah pertanyaan yang tidak revelan.
Pemikiran rasionalisme itu
direspon pula oleh idealisme. Paham ini mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah
jiwa, spirit. Idea plato tentulah jalan yang paling mungkin untuk mempelajari
paham idealisme zaman modern. Berdasarka paham idealisme seperti itu fichte
menyatakan bahwa dibelakang kita yang ada ialah absolute mind. Pada schelling,
realitas itu identik dengan gerakan pemikiran yang berevoluse secara dialektis.
Ini menyiapkan jalan bagi dialektika hegel. Hegel berarti puncak idealisme
jerman. Idealismenya terlihat pada pusat filsafatnya, yaitu giest (roh, jiwa).
Roh itu real, konkrit, objektif demikian kata hegel. Ini suatu paham yang sulit
dipahami. Roh itu menumbuh pada objek-objek yang khusus. Roh itulah esesi
manusia dan esensi sejarah manusia.
Antara rasionalisme dan idealisme
tidak ada pertengkaran. Akan tetapi bila berhadapan dengan empirisme,
persoalanya menjadi lain. Empirisme amat berbeda dan berlawanan dengan
idealisme dan rasionalisme. Tokoh-tokoh empirisme menolak ide-ide pokok orang
rasionalisme dan idealis. Rumusan pokok filsafat ialah tidak ada sesuatu dalam
pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Dari sini locke menolak akal,
menolak innate idea, menolak clear and distinct (descartes), adequate idea
(Spinoza), trut of reason (leibniz). Jiwa itu kosong yang ada hanya dari
pengalaman. Tentang substansi locke berkata we know not what (kita tidak tahu
apa). Empirisme hume memuncak menjadi skeptisisme tingkat tinggi. Pengetahuan
sains pun tidak dapat dipegang secara meyakinkan. Spencer tokoh empirisme juga,
menyangsikan roh tidak mengetahui masalah-masalah metafisika selain the gret
unknowable (rahasia benar). Kita hanya mengenali gejala-gejala empirik, apa
yang ada dibelakangnya tidak tahu.
Ketiga aliran besar ini
(rasionalisme, idealisme, empirisme) telah cukup mejadi filsafat modern membingungkan
orang modern. Rasioalisme dan idealisme mengatakan roh yang hakikat. Empirisma
mengatakan benda-benda yang hakikat, dan roh tidak ada. Akibatnya pada sain dan
agama sudah jelas sain yang dicurigai (terutama pada hume) dan agama diragukan.
Keadaan ini mungkin lebih parah ketimbang kebingungan orang zaman Socrates karena filsafat sofisme.
Keadaan ini lah yang dihadapi oleh kant, seperti Socrates menghadapi sofisme
yunani 2000 tahun yang lalu. Cara kant menyelesaikan masalah ini pada dasarnya
sama dengan cara Socrates tempo hari. Ia menyatakan bahwa akal ada daerahnya
dan hati (iman) ada daerahnya. Bila akal memasuki daerah hati maka ia akan
hilang dalam paralogisme. Sains dan agama sama-sama dapat dipegang, sama-sama
diperlukan. Skeptis pada sains amat berbahaya, keraguan kepada agama juga
berbahya. Pemikiran berjalan terus sesuai dengan kemajuan zamanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Gaarder,
jostein. 2004. Dunia sophie. Mizan pustak: Bandung
Merliany,
rosleny. 2010. Psikologi umum.
Pustaka setia: Bandung
Tafsir,
ahamd. 2010. Filsafat umum. Rosda: Bandung
Turnbull,
neil. 2005. Filsafat: Jakarta
Wattimewa,
reza A. A. 2008. Filsafat dan sains. Graindo: Jakarta
mantap makalahnya.. tks... www.fileskripsi.com
BalasHapus